Selasa, 23 Februari 2010

Gerakan 30 S/PKI Pengalaman Sejarah yang Berharga


Mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Prof.H. Kustan Basri, berpendapat, Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G.30 S/PKI) merupakan pengalaman sejarah berharga bagi bangsa Indonesia.
"Oleh sebab itu, peristiwa G.30 S/PKI yang terjadi 44 tahun silam jangan dilupakan. Kita harus tetap waspada, karena bahaya laten komunis itu bisa terulang," tandasnya dalam suasana peringatan Hari Pancasila Sakti (Hapsak), di Banjarmasin, Kamis.
Karena itu, mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) meminta, media massa agar tiap tahun pada 30 September mengungkap kembali tragedi berdarah yang merenggut sejumlah perwira tinggi TNI-AD, yang tetap setia mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara.

"Sebab kalau tanpa pengungkapan kembali peristiwa G.30 S/PKI, generasi bangsa mendatang tak lagi mengetahui, sehingga terjadi kelalaian, yang pada gilirannya bahaya laten komunis kembali masuk Indonesia," lanjut alumnus Universitas Indonesia (UI) Jakarta itu.
Manakala dengan bentuk barunya PKI kembali muncul di Indonesia, maka tidak mustahil pula Pancasila yang menjadi dasar negara dan pandangan hidup bangsa, berubah menjadi komunisme, yang pada gilirannya bisa aties (tanpa tuhan), tambahnya.
Ia menyatakan syukur dan terima kasih, karena pemerintah, seperti pemerintah provinsi (Pemprov) Kalsel tidak melupakan sejarah dan kembali melangsungkan upacara peringatan Hapsak, 1 Oktober.
Guna mengingat sejarah G.30 S/PKI tersebut atau sebelum hari peringatan Hapsak tiap 1 Oktober, sebaiknya pada 30 September ada seruan agar masyarakat mengibarkan bendera merah putih setengah tiang sebagai tanda hari berkabung nasional, demikian Kustan Basri.
Pendapat senada dari kalangan mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan HMI lainnya serta dari eksponen Angkatan 66.
Sebagaimana pengakuan mantan aktivis Kesatuan Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) Kalsel, Sjazli Arsyad Abdis, dirinya hampir lupa dengan sejarah G.30 S/PKI, karena tidak seperti masa-masa sebelumnya tiap 30 September pengibaran merah putih secara serempak.
"Jika tidak ada peringatan Hapsak, mungkin saya yang pernah berdemonstrasi pada Tahun 1966 untuk mengenyahkan paham komunis dari Indonesia, juga lupa bahwa ada gerakan yang mau mengubah Pancasila sebagai dasar negara kita, menjadi komunisme," tandasnya.
Peringatan Hapsak, 1 Oktober 2009 tingkat provinsi Kalsel berlangsung di halaman kantor gubernur setempat, dengan pembina upacara Wakil Gubernurnya, HM. Rosehan NB, SH.
Sementara ikrar tetap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dibacakan Ketua DPRD Kalsel, Nasib Alamsyah.

Tidak ada komentar: